PELANGI KASIH MINISTRY

 
Debat Publik
Ikuti terus debat publik antara aliran Trinitarian yang mengatakan bahwa Allah terdiri dari 3 pribadi namun mempunyai 1 hakekat dengan aliran Unitarian yang salah satu ajarannya mengatakan bahwa Yesus bukanlah Allah namun adalah cipataan yang menjadi pemimpin para malaikat. Informasi selanjutnya akan dimuat di website ini
Pelangi Kasih
Pelangi Kasih Ministry adalah sebuah perkumpulan pemuda-pemudi Kristen yang punya komitmen yang kuat dalam melayani Tuhan dan memberitakan Injil. Pelangi Kasih Ministry berdiri atas prakarsa Esra Alfred Soru yang pada saat ini melayani di salah satu gereja di Kota Kupang.
Info Beasiswa
 
Politik
 
UKRIM University
 
Baptisan Anak dan Covenant Theology
Esra Alfred Soru
Dalam tulisan saya beberapa waktu yang lalu tentang kontroversi cara baptisan air sempat disinggung bahwa salah satu hal yang dipersoalkan di sekitar baptisan air adalah “siapakah yang layak dibaptiskan?” Sebagian orang/gereja menerima dan melaksanakan pembaptisan anak-anak (seperti GMIT) sedangkan sebagian yang lain menolaknya (biasanya dari denominasi-denominasi Pentakosta-Kharismatik) dan menganggapnya sebagai suatu praktek yang tidak Alkitabiah dan merupakan pelanggaran yang serius terhadap Firman Allah. Untuk itu kita akan membahas persoalan ini juga dalam beberapa hari ini dan tentu saja dasar utama pembahasan ini adalah Alkitab yang adalah Firman Allah.

Sebelum kita membahas hal ini lebih jauh, mungkin pertanyaan pertama yang perlu kita ajukan adalah apakah Alkitab sama sekali tidak membicarakan baptisan anak-anak? Untuk menjawab pertanyaan ini baiklah kita melihat ayat 1 Kor 10:1-2 : “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut”. Ayat ini berkata bahwa yang dibaptis adalah nenek moyang bangsa Israel. Nenek moyang yang mana? Nenek moyang yang ikut keluar dari tanah Mesir. Lalu siapa sajakah yang ikut keluar dari tanah Mesir itu? Kel 12:37 berkata : “Kemudian berangkatlah orang Israel dari Raamses ke Sukot, kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk anak-anak” Jadi rupanya yang ikut keluar dari tanah Mesir adalah anak-anak juga. Memang ayat itu berkata “tidak termasuk anak-anak” tetapi maksudnya tidak termasuk yang dihitung bukan tidak termasuk yang keluar dari Mesir. Kalau anak-anak juga termasuk dari yang keluar dari tanah Mesir, maka tentu mereka juga termasuk ke dalam yang ikut dibaptis dalam awan dan dalam laut seperti yang dicatat dalam I Kor 10:1-2. Walaupun baptisan di sini tidak berbicara tentang baptisan Kristen, tetapi minimal kita dapat melihat bahwa Alkitab bercerita tentang adanya baptisan terhadap anak-anak.

Teologia Perjanjian (Covenant Theology)

Untuk memahami masalah baptisan anak ini lebih dalam, kita perlu membawa pemikiran kita kepada konsepsi tentang sunat dan Perjanjian Allah dalam Perjanjian Lama. Mengapa? Karena sesungguhnya dalam konsep inilah terletak dasar dari baptisan anak-anak seperti apa yang dikatakan oleh Harun Hadiwijono : “Harus diakui, bahwa tidak ada nats dalam PB yang dengan jelas memerintahkan baptisan anak. Menurut kami, yang menjadi dasar baptisan anak memang bukanlah beberapa ayat dari PB, juga bukan iman anak yang dibaptis melainkan ajaran tentang perjanjian Tuhan Allah yang diberikan kepada orang tua dan kepada anak-anaknya” (Iman Kristen, Jakarta, BPK. Gunung Mulia, 1997 : 451).

Sekarang marilah kita menyimak apa yang dikatakan Gal 3:13-14 : “Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis : “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu”. Pertanyaan pertama yang patut kita ajukan setelah membaca ayat ini adalah “apa itu berkat Abraham?” Atau “apa isi berkat Abraham itu?” Hal ini penting karena demi sampainya berkat itu kepada bangsa-bangsa lain (kita) Yesus Kristus bersedia menjadi kutuk di atas kayu salib. Yesus Kristus rela mati demi berkat itu. Mari perhatikan lagi Galatia 3:26 : “Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus” dan ayat 29 : “Dan jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah”. Di sini kita bisa melihat bahwa ketika kita percaya pada Yesus Kristus, secara rohani kita juga adalah keturunan Abraham dan dengan demikian kita berhak untuk menerima janji Allah itu. Janji apa itu? Itulah janji yang ada di dalam berkat Abraham. Sekarang marilah kita melihat isi dari janji itu dan dengan demikian kita harus kembali kepada kitab Kejadian pasal 17 di mana Allah mengadakan perjanjian dengan Abraham. Lihatlah ayat 7 : “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu” Jadi rupanya berkat Abraham yang juga diterima oleh kita yang percaya kepada Kristus Yesus yang olehnya Yesus rela menjadi kutuk di atas salib adalah sebuah berkat rohani (Beberapa kalangan merasa bahwa janji ini hanyalah sebuah janji yang bersifat nasional dan duniawi saja, namun sesungguhnya tidaklah demikian. Sifat spiritual dari perjanjian ini dibuktikan dengan cara di mana janji-janjinya ditafsirkan dalam Perjanjian Baru : Roma 4:16-18; II Kor 6:6-18; Gal 3:8,9,14,16; Ibr 8:10; 11:9,10,13) yaitu agar Allah menjadi Allah Abraham dan Allah keturunannya. Yesus rela menjadi kutuk di atas kayu salib agar Allah dapat menjadi Allah bagi Abraham dan keturunannya termasuk kita yang adalah keturunan Abraham secara rohani.

Selanjutnya untuk meneguhkan janji itu Allah memberikan suatu ordinasi yang harus dilakukaan oleh Abraham dan keturunannya yakni ordinasi sunat. Kej 17:10 berkata : “Inilah perjanjian-Ku yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat”. Sunat di sini adalah lambang dari perjanjian rohani itu serta materai kebenaran berdasarkan iman. Roma 4:11 berkata : “Dan tanda sunat itu diterimanya sebagai materai kebenaran berdasarkan iman yang ditunjukkannya, sebelum ia bersunat…” Jika sunat ini adalah materai kebenaran berdasarkan iman, maka setiap orang yang disunat dimasukkan atau terhisap ke dalam perjanjian kekal ini atas dasar iman. Sekarang persoalannya adalah bahwa yang disunat adalah anak laki-laki yang berusia delapan hari (Kej 17:12). Dengan kata lain yang disunat ini adalah bayi yang belum mengerti apa-apa tentang masalah iman dan belum bisa beriman dari dirinya sendiri. Kalau begitu mengapa ia perlu disunat? Sebab itu adalah perintah Allah. Menolak menyunatkan seorang anak hanya karena ia belum bisa beriman adalah melawan perintah Allah.

Setelah Kristus Yesus menjadi kutuk di atas kayu salib agar berkat Abraham yakni perjanjian rohani ini diterima oleh kita selaku keturunan Abraham secara rohani, maka kita perlu disunat dengan sunat Kristus yakni baptisan. Kolose 2:11-12 berkata : “Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati”. Dengan demikian di dalam Perjanjian Baru kedudukan sunat telah digantikan dengan baptisan.
Sekalipun tanda atau ordinasi sunat itu telah digantikan dengan tanda atau ordinasi baptisan, namun perlu diingat bahwa perjanjian yang ditandai itu bersifat kekal. Dengan pengertian semacam ini maka kita dapat melihat kedudukan baptisan anak-anak dalam kerangka perjanjian Allah itu. Jika dalam ordinasi sunat (yang adalah materai kebenaran berdasarkan iman) seorang bayi berumur delapan hari yang nota bene belum bisa beriman dari dirinya sendiri boleh dan bahkan harus disunat, maka bukankah hal itu dapat berlaku juga dalam ordinasi baptisan di mana seorang anak yang belum bisa beriman dari dirinya sendiri boleh bahkan harus dibaptiskan? Jika dalam ordinasi sunat seorang anak yang belum bisa beriman dari dirinya sendiri dapat disunat dan masuk ke dalam perjanjian kekal itu atas dasar kepercayaan Abraham, bukankah dalam ordinasi baptisan seorang anak yang belum bisa beriman dari dirinya sendiri dimasukkan dalam keluarga Allah atas dasar kepercayaan orang tuanya? Ingatlah bahwa ini adalah kebenaran yang bersifat kekal! Dengan melihat semua argumentasi ini maka rasanya kita tidak dapat menolak doktrin pembaptisan anak-anak begitu saja.
 
 
Tentang Pelangi Kasih

 

PELANGI KASIH MINISTRY
See my complete profile
Arikel Sebelumnya
Archives
Links
Downloads
Powered by

BLOGGER

friends Baner

book of hacker & Crack No1
rodobodo
WAHYOKU BLOG
Blog Sharing